Minggu, 26 Oktober 2014

Air Terjun di Lahat jadi Trending Topic Dunia

SRIPOKU.COM, LAHAT -- Tak banyak yang tahu Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel) menyimpan potensi wisata mengagumkan. Selain ribuan situs megalit peninggalan zaman megalitikum, Bumi Seganti Setungguan juga punya puluhan air terjun yang tidak kalah menawan dibanding daerah lain. Sayang hingga saat ini potensi alam itu belum dikelola secara maksimal, sehingga pengunjung harus bertaruh nyawa untuk menikmai pemandangannya.
Salah satunya Air Terjun Maung atau populer dengan sebutan "Curup Maung" di Desa Rinduhati, Kecamatan Gumay Ulu. Desa ini berjarak sekitar 25 Km dari ibukota Lahat atau 220 Km dari Palembang. Sejak ditemukan warga awal 2014,air terjun ini masih menjadi buah bibir di kalangan pecinta alam. Bahkan sempat menjadi trending topic dibeberapa situs destinasi wisata nasional bahkan dunia.
Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 80 meter dengan lebar yang hampir sama dengan tingginya. Pada akhir pekan, objek wisata ini ramai dikunjungi wisatawan. Mereka tak hanya datang dari wilayah Kota Lahat, tapi juga dari kabupaten atau kota lainnya.
Menurut sejumlah pengunjung, pemandangan di sekitar air terjun masih sangat hijau dan alami. Sambil menikmati pemadangan, pengunjung bisa berenang atau sekadar duduk santai di atas batu-batu besar.
Hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Lahat, belum memiliki konsep pengembangan wisata yang jelas. Sehingga aset wisata alam serta peninggalakan zaman megalit terkesan tak berguna. Padahal dari sisi kualitas, objek wisata yang ada tidak kalah dibanding daerah lain. Belum lagi keberadaan ribuan situs megalit, yang tidak ada di daerah mana pun di Indonesia bahkan dunia. Dengan beragam bentuk, dan diperkirakan sudah berumur lebih dari 4000 tahun sejak zaman megalitikum yang sudah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
Warga Lahat pun berharap, semua aset dan potensi wisata yang ada, bisa dikelola secara maskimal untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Apalagi selama ini masyarakat yang berada di daerah wisata cendrung serba kekurangan, dan berada di daerah terpencil. Mereka ada yang bekerja sebagai petani kopi, atau bahkan hidup dengan mengandalkan barang yang sudah disediakan alam. Seperti mencari kayu bakar, atau pun memancing ikan di sungai persis dekat air terjun.
Bila pengembangan wisata berjalan, masyarakat berpeluang memanfaatkannya untuk mencari nafkah. Karena bisa bekerja di bidang wisata, baik sebagai pemandu (guide), berdagang aneka makanan dan sauvenir, hingga bekerja di hotel atau penginapan yang di destinasikan untuk mendukung pengembangan wisata.
"Potensi wisata di Lahat memang luar biasa. Tapi pengembangannya butuh waktu serta keseriusan semua pihak terutama pemerintah. Namun efeknya akan terasa, terutama ekonomi kerakyatan dan pendapatan daerah," ujar Mario Andramartik (48), pemerhati budaya dan pariwisata Kabupaten Lahat. (iko) 
Editor: Soegeng Haryadi
SUMBER : 
http://palembang.tribunnews.com/2014/10/26/air-terjun-di-lahat-jadi-trending-topic-dunia

Selasa, 14 Oktober 2014

Bule Italia ini Pilih Jual Gorengan di Pinggir Jalan

Surabaya - Gorengan, jajanan ringan yang banyak disukai masyarakat. Apalagi gorengan juga banyak dijual di berbagai tempat. Mulai dari pedagang kaki lima di pinggir jalan hingga di mall. Namun ada yang berbeda di Jalan Manyar Kertoarjo. 

Gorengan yang biasanya dijual orang pribumi, diminati Bule asal Italia untuk mengais rezeki. Ia memilih menjual di pinggir Jalan Manyar Kertoarjo karena di wilayah tersebut ramai kendaraan melintas. Gorengan miliknya banyak dilirik oleh para pengguna jalan.

Fabrizio, Bule asal Italia ini sudah 10 tahun tinggal di Indonesia. Dulunya dia bekerja sebagai general manager salah satu restoran Italia di Jalan Imam Bonjol, Surabaya. Namun sejak awal 2014, dirinya memutuskan berhenti bekerja meski posisi pekerjaannya sudah tinggi. Ia lebih memilih berwirausaha sendiri dengan menjual gorengan.

"Ya menurut saya lebih menyenangkan jika bekerja sendiri. Saya stres bekerja dengan orang dan tidak membuat saya bebas. Kalau begini saya lebih senang punya usaha sendiri," ujar pria usia 39 tahun ini.

Gorengan yang ia jual bermacam-macam, ada pastel, ote-ote, pisang goreng, tahu isi, ada pula kue lapis. Harganya bisa dikategorikan murah. Sekitar Rp 1.000 hingga Rp 3.000. Tak heran banyak yang berhenti membeli gorengan.

"Saya suka beli gorengan di sini. Awalnya saya berhenti karena yang jual bule, ingin tahu yang jualan. Tapi ternyata enak, jadi langganan," sahut Imam, salah satu pelanggan gorengan.

Selain membeli gorengan, pembeli juga dapat menikmati kopi. Anda dapat nongkrong sejenak menunggu gorengan siap sambil menikmati kopi torabika atau robusta. Maklum, gorengan milik Fabrizio cepat sekali ludes, jadi para pembeli harus menunggu jajanan ringan ini digoreng.

Fabrizio sangat menikmati pekerjaan yang sudah digelutinya lebih dari 7 bulan. Ia juga berharap gorengan racikannya sendiri ini disukai penikmat jajanan ringan. Walaupun harus berjualan di pinggir jalan, Fabrizio yang dulunya menjabat sebagai bos di restoran Itali ini tidak merasa malu. Ia menikmati berjualan gorengan karena suka berkuliner dan makan.


Bagaimana? Anda tertarik dengan gorengan si Bule Italia ini? Anda dapat menemukan gorengan milik Fabrizio ini di Jalan Manyar Kertoarjo yang buka mulai pukul 18.00. Jangan sampai kehabisan, Gorengan ini akan tutup jika dagangannya ludes terjual. Gita Gowinda - detikNews 

SUMBER : 
http://news.detik.com/surabaya/read/2014/10/14/084528/2717826/475/bule-italia-ini-pilih-jual-gorengan-di-pinggir-jalan